....
Dalam berbagai kesempatan, kita menyaksikan ironi yang memprihatinkan: di tengah aktivitas, di sekolah, majelis-majelis ilmu, bahkan saat kajian agama, asap rokok mengepul seolah-olah hal itu bukan perkara besar. Padahal, rokok bukan sekadar kebiasaan atau budaya lokal—rokok adalah alat penghancur yang secara sistematis melemahkan ummat, baik secara ekonomi, kesehatan, maupun spiritual.
Rokok bukan sekadar kebiasaan sepele. Dalam pandangan yang lebih luas, rokok adalah bagian dari siasat besar Zionisme Internasional untuk merusak kekuatan umat Islam dan masyarakat. Sejumlah penelitian dan dokumen sejarah telah menunjukkan keterlibatan korporasi global yang didominasi kelompok tertentu dalam memproduksi, mendistribusikan, dan mempromosikan rokok secara masif, khususnya ke negara-negara Muslim. (Dalam buku: Protocols of the Elders of Zion)
Mengapa hal ini disebut kebodohan? Karena seseorang dengan sadar menghisap sesuatu yang ia tahu akan merusak dirinya. Lebih parah lagi, ketika para tokoh, para Ustadz, Pemimpin, atau siapa pun yang menjadi panutan masyarakat ikut terjebak dalam kebiasaan ini. Apa yang akan ditiru oleh generasi muda jika mereka melihat guru-guru mereka sendiri merokok di sela-sela ceramah atau pengajian?
Di sisi lain, rokok adalah alat pemboros yang nyata. Berapa banyak uang yang habis setiap bulan, setiap tahun, hanya untuk membeli sebatang demi sebatang rokok? Dalam skala nasional, pengeluaran untuk rokok mengalahkan anggaran pendidikan dan kesehatan keluarga. Bayangkan Uang yang seharusnya digunakan untuk kebutuhan anak-anak, pendidikan, atau bahkan untuk dakwah dan perjuangan, justru terbuang sia-sia ke kantong-kantong perusahaan multinasional yang banyak dikendalikan oleh jaringan Zionisme ekonomi global.
Rokok juga merusak kesehatan secara langsung. Penyakit jantung, kanker, gangguan pernapasan, semua itu telah terbukti secara ilmiah sebagai akibat dari rokok. Jika kesehatan umat dilemahkan, otomatis produktivitas dan daya juang mereka pun menurun. Apakah ini bukan bentuk penjajahan gaya baru? Penjajahan yang tak tampak dalam bentuk senjata, tapi berdampak secara perlahan dan sistematis?
Maka sudah saatnya kita bersikap tegas. Bukan hanya meninggalkan rokok secara pribadi, tetapi juga mengingatkan dan mengedukasi lingkungan sekitar. Khususnya bagi para asatidz, pemimpin masyarakat, dan para penyeru kebaikan: berhenti merokok adalah kewajiban moral dan sosial, bukan sekadar pilihan pribadi.
Rokok adalah bagian dari siasat besar untuk merusak kita. Jangan sampai kita menjadi bagian dari permainan mereka. *Umat yang sadar adalah umat yang menjaga kesehatan, keuangan, dan akhlaknya dari hal-hal yang sia-sia dan merusak.*
Semoga Allah SWT memberi taufik dan kekuatan kepada kita semua untuk membersihkan diri dan lingkungan dari sesuatu yang bernama "Rokok".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar