LAUT BERCERITA


 




LAUT BERCERITA 

 Penulis: Leila S.Chudori 
                    Penerbit : KPG (Kepustakaan Gramedia Utama)  
             Tanggal Rilis : 27 Oktober 2017 
     Jumlah Hal:   297 Hal





Untuk mereka yang hilang.... 
dan tak akan pernah kembali.... 



Matilah engkau mati, Kau akan lahir berkali-kali.”[1] Syair pembuka dalam buku berjudul Laut Bercerita karya Leila S. Chudori seakan-akan menjadi gerbang utama dari ribuan pertanyaan. Siapakah yang lahir berkali-kali setelah mati? Namun, terdapat beberapa pendapat yang mengatakan bahwa makna “lahir berkali-kali” dalam syair tersebut adalah lahir berkali-kali oleh kenangan.[2] Pada akhirnya, syair tersebut berusaha menunjukkan tentang apa yang akan berkali-kali lahir oleh kenangan pada ujung cerita.

Laut Bercerita merupakan karya Leila S. Chudori bergenre historical fiction yang terbit pada tahun 2017 silam. Berlatar tahun 90-an, tepatnya pada masa-masa reformasi, buku ini seakan-akan membawa pembacanya ikut berpetualang ke dalam perjalanan emosi. Perjuangan, keluarga, persahabatan, romansa, pertemuan, dan kehilangan semuanya dengan lengkap dikemas dalam buku ini. 

Buku ini berisikan kisah kekejaman dan kebengisan yang dirasakan oleh kelompok aktivis mahasiswa di masa Orde Baru. Melalui novel yang berjudul Laut Bercerita, Leila Salikha Chudori seakan-akan berusaha membawa para pembacanya untuk ikut merasakan era-era reformasi di tahun 1998 yang penuh dengan kepahitan dan kekejaman bagi para pembela rakyat.[6] Tidak hanya membawa pembacanya pada pasang surut emosi, buku ini juga berisikan pengetahuan tentang keadilan sosial, prinsip demokrasi, dan sejarah pergerakan untuk mendukung Orde Baru. Oleh karena itu, selain berisikan pembelajaran hidup yang megah, buku ini juga memberikan pengetahuan mengenai sejarah kelam yang pernah dilewati bangsa ini.

Buku Laut Bercerita ini menuansakan suasana Indonesia pada masa Orde Baru. Kenyataan bahwa hilangnya demokrasi dan kebebasan berpendapat pada saat Orde Baru menjadi kesan yang ingin disampaikan dari penulisan buku ini. Hal ini diperkuat dengan berbagai pesan yang disampaikan melalui pengalaman-pengalaman para tokoh menghadapi rezim pemerintah yang otoriter. Alur cerita dikemas dalam bentuk keresahan para mahasiswa mengenai pengekangan pemerintah dalam kegiatan mahasiswa yang dicurigai ingin melakukan unjuk rasa. Pengekangan ini justru menjadi pemicu bagi mahasiswa kala itu untuk terus bergerak. Hal ini menjadi tanda bahwa ada yang tidak sesuai dalam pemerintahan sehingga terjadi pembungkaman pada pihak-pihak yang menyuarakan pikirannya. 

Buku ini akan membuat kita menangis dan merasakan perasaan emosional yang sama yang dirasakan keluarga keluarga korban Aktivis 98. 

                             "terkadang ketidakpastian dan keterasingan jauh lebih mematikan dari kematian." 




Buku ini bisa dibeli di Toko Gramedia terdekat kalian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar